Guru, Sudah Patutkah Di Gugu & di Tiru?

Coba kita mulai bercermin, apakah kiranya kita sudah  layak untuk digugu dan ditiru..? apakah kita sudah bisa menjadi contoh untuk digugu dan ditiru itu..? 
Lantas bagaimana peran seorang guru yang tidak hanya mengajar tetapi selebihnya mendidik dan membina peserta didiknya sehingga menjadi manusia- manusia yang bermutu dan berkualitas?

Definisi 'guru' menurut versi  Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) guru adalah "orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar."  Sekilas kita melihat definisi ini hanya terkait dengan hal profesi yang mengarah ke hal  upah berbentuk  materi,  jikalau hanya mengandalkan definisi monoton seperti pada versi tanpa adanya pengembangan versi maka guru seolah akan kehilangan citra dan nilai utamanya sebagai sosok yang tulus dan berjasa seperti yang di gaungkan pada slogan "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.

Definisi sesuai KBBI tidak cukup kita jadikan sebagai refrensi untuk menggambarkan tentang sosok seorang guru yang mulia secara lebih utuh dan signifikan, maka muncullah berbagai versi definisi yang berbeda yang tergantung bagaimana para ahli melihat dan menilai diri  guru tersebut sesuai dengan paradigma mereka masing-masing.

Suatu contoh kalau kita mau  membuka kembali bagaimana semboyan pendidikan yang mengarah untuk guru yang telah digariskan oleh Ki Hadjar Dewantara   tentang tiga asas (landasan dasar) pendidikan yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut wuri Handayani. Yang semua itu implementasinya dalam pendidikan bisa kita  pahami bahwa sejatinya  guru sebagai pendidik yaitu:

>Ing Ngarso Tuludo, diposisi terdepan seorang guru harus mampu memberikan contoh atau tauladan yang baik bagi murid-muridnya.

> Ing Madya Mangun Karsa, guru merupakan pendidik yang selalu berada di tengah siswanya sehingga  mampu memberikan dorongan semangat untuk terus berkarya.

>Tut Wuri Handayani, di belakang guru merupakan  pendidik yang bisa mengarahkan atau menopang dan mendorong murid-muridnya pada jalan yang benar.

Sementara menurut  Ki Ronggo Warsito, mengatakan suatu definisi bahwa kata 'guru' itu terdiri darihuruf G. U. R. U. Dalam kerata basa atau dalam sastra bahasa merupakan suatu kepanjangan yang berarti mengandung makna "Gudang ke U-tama-an yang mempunyai pe -Rasa -an yang senantiasa U-rip (hidup).

Jadi seorang guru memang sudah semestinya menjadi sosok yang dapat berperan fungsi ibarat  "Gudang" (tempat menyimpan) dan mewadahi anak-anak didiknya entah itu yang baik perangainya atau  nakal,  yang pintar maupun yang idiot, yang berperilaku sholeh  maupun yang binal dan berandalan.Semua itu bisa dirangkul lalu setelah itu  dikemas oleh sang guru tersebut kemudian  proses  menjadi suatu generasi masa depan yang bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa tentu sekali sesuai dengan keahlian dan bakatnya yang dikembangkan dengan gemblengan guru tersebut.

Dengan ke -Utama-an,  guru mestinya dapat mengendalikan diri dengan berupaya untuk  tetap sabar dan istiqomah di dalam mempertahankan sifat-sifat dan tauladan tentang keutamaan (Akhlak yang baik). Senantiasa menahan diri dari nafsu amarahnya dikala ada sesuatu yang hal atau tindakan yang memancing timbulnua amarah, serta dapat memfilter diri terhadap perkembangan apapun  yang terjadi ditempat dia bertugas agar tidak terbawa arus yang negatif walaupun dengan segala himpitan kondisi  sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi  disekitarnya. 

Seorang guru harus sadar sepenuhnya bahwa dirinya merupakan  gudang keutamaan yang disaksikan oleh masyarakat serta anak didiknya. pe-Rasa-an pada diri seorang guru harus  senantiasa diasah, agar dapat merasakan apa  yang terjadi pada perubahan anak didiknya, perubahan lingkungan sekitarnya sehingga biasa mengarahkan muridnya sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada agar bisa berjalan sesuai dengan segala tujuan pembelajaran.

Tidak selamanya guru harus  mengajar dan mendidik anak didiknya secara kelompok/atau klasikal,  sebab sering pula dijumpai anak didik yang membutuhkan pelajaran dengan sentuhan dan usapan kasih sayang secara berbeda-beda satu dengan lainnya. Oleh karena itulah perasaan  seorang guru harus tetap "hidup" secara dinamis, peka dan bisa merasakan langsung  situasi dan kondisi anak didik dan lingkungan belajarnya seperti apa? besar rasa peduli dan empatinya terhadap situasi yang ada dan tengah terjadi, bisa memilah dan memilih berbagai  macam metode dalam menghadapi berbagai macam perangai murid yang diajar, dididik dan dibimbingnya. 




Posting Komentar

0 Komentar