Membangun sebuah tempat ibadah seperti masjid merupakan salah satu bentuk dari amal jariyah bagi yang membangunnya maka di butuhkan kesungguhan dan keikhlasan hati sebab segala amal yang kita lakukan tentu sekali yang paling utama di pandang okeh Allah SWT yaitu niat sebagaimana disebutkan oleh Nabi SAW sekitar 1400 tahun yang lalu
" Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat"
Nah niat inilah yang menjadi tolok ukur bagi amaliyah setiap individu maka apabila niatnya membangun adalah karena mengharap ridha Allah SWT maka keridhaan Allah yang akan di dapat tetapi jikalau niatnya hanya sekedar untuk bermegah-megahan maka yang demikian itu yang akan di dapat.
Terjadinya konflik dan permasalahan dalam pembangunan masjid kemungkinan besar terjadi karena jama'ah pembangun masjid itu belum sehati dan bersinergi dalam mengaplikasikan niat yang sebenarnya dalam arti bahwa mereka belum mampu menghadirkan Allah sebagai orientasi terakhir, maka tak jarang timbullah simpang siur permasalahan dalam hal pendanaan dan lain sebagainya, yang tidak mampu diharuskan membayar dengan tarif yang tidak sesuai dengan kemampuannya sementara yang mampu kadang berlaku pelit dan cenderung menyamakan tarifnya dengan yang kondisi ekonominya berada di bawah standar. sementara jikalau di kaji lebih jauh bahwa tidak ada dalam persfektif Islam sendiri yang membolehkan adanya unsur pemaksaan apalagi sampai mengarah pada prilaku zhalim terhadap orang lain dengan cara memberatkan beban tanggungannya.
Dalam problema semacam ini seorang pemimpin harus jeli melihat kondisi ekonomi warganya agar jangan sampai salah kaprah dalam menentukan tarif lebih-lebih bila tarif pendanaan itu tak sesuai dengan kemampuan warganya. Seorang pemimpin yang adil harus bijak menilai kemampuan yang di pimpinnya tak ubahnya seperti dalam ilustrasi kisah Nabi Sulaiman ketika gajah menyumbang kerbau lantas menyepelekan belalang yang menyumbang semut yang mana kasus tersebut diadukan kepada raja Sulaiman lantas beliau memberikan pencerahan bahwa keriteria adil dalam menyumbang itu disesuaikan dengan dengan kadar kemampuan yang melakukannya . Alangkah indahnya kehidupan ini bila pemimpin selalu bisa berlaku adil bagi yang di pimpinnya, tapi sekiranya masih terdapat banyak diantara pemimpin yang selalu berlaku tidak adil maka pemimpin tersebut berarti menentang perintah Allah yang khususnya tentang perintaj berbuat adil ini.
ÙˆَØ¥ِØ°َا ØَÙƒَÙ…ْتُÙ…ْ بَÙŠْÙ†َ النَّاسِ Ø£َÙ†ْ تَØْÙƒُÙ…ُوا بِالْعَدْÙ„ِ
Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau memutuskannya dengan adil…(Qs. an-Nisa’/4: 58)
Bagi pemimpin-pemimpin yang berimanbtentu sekali ayat ini tidak pernah dilupakan dalm menentukan kebijakan sebab apabila ia berlaku tidak adil dalam suatu perkara maka sudah jelas yang akan terbayang adalah sanksi yang akan ditimpakan oleh Allah karena melanggar ayat ini maka sebagai refleksi dari rasa taqwanya kepada Allah tentu ia akan memutuskan segala perkara dengan adil dan bijaksana.
0 Komentar